Better late than never..
Semboyan yang tak
pernah lekang dimakan masa. Hahaha. Ini sebenernya lebih mencari pembelaan
terhadap diri sendiri atas ketidakdisiplinan menulis.
Baiklah, kali ini gw
bakal cerita tentang trip gw ke Bandung. (*semoga nggak bosen bagi yang baca
karena sudah terlalu sering cerita tentang trip ke Bandung—dengan berbagai
alasan dan keperluan), ya ya ya.
Bulan lalu, dalam
rangka menyambut Valentine, PT KAI punya promo yang diberinama
“SweetValentrain”. Nah, di sini, PT KAI ngasih harga khusus untuk beberapa
kursi. Jadi, ke mana pun bisa jauh lebih murah dari harga normal dengan cara
“siapa cepat, dia dapat”.
Setelah lalalili,
menghubungi beberapa temen gw, dan sempat ganti tujuan, jatuhlah pilihan pergi
ke Bandung. Err.. ya nggak papa juga, toh murah :D
Kali ini gw pergi
bareng adek kelas gw, anak 2012. Pas hunting
tiket promo, keberangkatan Jumat udah ludes, pemirsah. Jadi, mau nggak mau
harus majuin tanggal berangkat. Daaaan, dapatlah hari Kamis sore. Argo
Parahyangan Eksekutif, hanya mengeluarkan sejumlah uang 20ribu saja. (*FYI,
harga normal 80-90ribu). Lalu, tiket pulang AP Bisnis seharga 15ribu.
Alhamdulillah, begitu dapet langsung sumringah. Hihihi.
Langkah selanjutnya
adalah membuat daftar tujuan, anggaran, juga akomodasi. Alhamdulillahnya lagi,
kami bisa nginep di tempat Bude adek kelas gw. Yaks, mulai dari searching
tempat wisata, kuliner, cara menuju tempat tujuan, dll. Alhasil, beberapa
tempat seperti:
- Museum Pos Indonesia;
- Museum Sribaduga;
- Museum KAA;
- Museum Barli;
- Selasar Sunaryo;
- Galeri Bandung;
- Ngopi Doeloe;
- Sumber Hidangan Braga;
- Suga Rush Braga;
- Doci Ramen;
- Yoghurt Cisangkuy;
- Martabak Brownies;
- Kampung Gajah;
- Taman Kupu-kupu;
- Saung Angklung Udjo;
- Potluck Kitchen;
- Kopi Selasar;
- Kopi Ireng;
- Coco Rico;
- Gedebage;
- Gerobak Jenggo;
- Amanda;
- Nuarta Art Space;
- Punclut.
Banyak amat neng! Lo
kira mau liburan seminggu? Orang cuma dua hari. Dua hari, ya, dua hari.
Terjadilah eliminasi berulang kali. Sedih. Wajar sih. Di sinilah kami belajar
ikhlas. Hahaha.
Selain itu, gw juga
udah menimbang-nimbang, enaknya nyewa motor atau naik angkot. Pertama,
antisipasi macet di akhir pekan. Kedua, menghemat biaya bolak-balik. Ketiga,
minimalisasi nyasar. Keempat, fleksibilitas dari segi waktu dan tenaga.
Mengingat hanya dua hari di sana. Akhirnya, kami memutuskan untuk rental motor.
Awalnya googling-googling, dapet beberapa rental, trus cari yang paling murah.
Pilihan jatuh pada Shakila Trans,
tarif sewa perhari di weekdays
50.000, weekend 80.000 (termasuk jas
hujan, helm dua, peta). Btw, gw belum berani nyetir di jalan raya, dan adek
kelas gw pun masih 16 tahun, belum punya SIM karena belum 17. Ahahahaha. Tapi
bisa naik motor. (*oke, saya kalah)
Oh iya, adek kelas gw
ini namanya Donat.
(*itu nama orang apa
kudapan? Udah, nggak usah penasaran, terima aja).
Dia berani mengambil
risiko demi sebuah promo, huahahaha. Salut!
Nah, seperti apa
perjalanan kami? Simak di postingan berikutnya :”))
Tidak ada komentar:
Posting Komentar