23.3.13

Sweet Valentrain Bandung

Better late than never..
Semboyan yang tak pernah lekang dimakan masa. Hahaha. Ini sebenernya lebih mencari pembelaan terhadap diri sendiri atas ketidakdisiplinan menulis.

Baiklah, kali ini gw bakal cerita tentang trip gw ke Bandung. (*semoga nggak bosen bagi yang baca karena sudah terlalu sering cerita tentang trip ke Bandung—dengan berbagai alasan dan keperluan), ya ya ya.

Bulan lalu, dalam rangka menyambut Valentine, PT KAI punya promo yang diberinama “SweetValentrain”. Nah, di sini, PT KAI ngasih harga khusus untuk beberapa kursi. Jadi, ke mana pun bisa jauh lebih murah dari harga normal dengan cara “siapa cepat, dia dapat”.

Setelah lalalili, menghubungi beberapa temen gw, dan sempat ganti tujuan, jatuhlah pilihan pergi ke Bandung. Err.. ya nggak papa juga, toh murah :D
Kali ini gw pergi bareng adek kelas gw, anak 2012. Pas hunting tiket promo, keberangkatan Jumat udah ludes, pemirsah. Jadi, mau nggak mau harus majuin tanggal berangkat. Daaaan, dapatlah hari Kamis sore. Argo Parahyangan Eksekutif, hanya mengeluarkan sejumlah uang 20ribu saja. (*FYI, harga normal 80-90ribu). Lalu, tiket pulang AP Bisnis seharga 15ribu. Alhamdulillah, begitu dapet langsung sumringah. Hihihi.

Langkah selanjutnya adalah membuat daftar tujuan, anggaran, juga akomodasi. Alhamdulillahnya lagi, kami bisa nginep di tempat Bude adek kelas gw. Yaks, mulai dari searching tempat wisata, kuliner, cara menuju tempat tujuan, dll. Alhasil, beberapa tempat seperti:
  • Museum Pos Indonesia;
  • Museum Sribaduga;
  • Museum KAA;
  • Museum Barli;
  • Selasar Sunaryo;
  • Galeri Bandung;
  • Ngopi Doeloe;
  • Sumber Hidangan Braga;
  • Suga Rush Braga;
  • Doci Ramen;
  • Yoghurt Cisangkuy;
  • Martabak Brownies;
  • Kampung Gajah;
  • Taman Kupu-kupu;
  • Saung Angklung Udjo;
  • Potluck Kitchen;
  • Kopi Selasar;
  • Kopi Ireng;
  • Coco Rico;
  • Gedebage;
  • Gerobak Jenggo;
  • Amanda;
  • Nuarta Art Space;
  • Punclut.
Banyak amat neng! Lo kira mau liburan seminggu? Orang cuma dua hari. Dua hari, ya, dua hari. Terjadilah eliminasi berulang kali. Sedih. Wajar sih. Di sinilah kami belajar ikhlas. Hahaha.

Selain itu, gw juga udah menimbang-nimbang, enaknya nyewa motor atau naik angkot. Pertama, antisipasi macet di akhir pekan. Kedua, menghemat biaya bolak-balik. Ketiga, minimalisasi nyasar. Keempat, fleksibilitas dari segi waktu dan tenaga. Mengingat hanya dua hari di sana. Akhirnya, kami memutuskan untuk rental motor. Awalnya googling-googling, dapet beberapa rental, trus cari yang paling murah. Pilihan jatuh pada Shakila Trans, tarif sewa perhari di weekdays 50.000, weekend 80.000 (termasuk jas hujan, helm dua, peta). Btw, gw belum berani nyetir di jalan raya, dan adek kelas gw pun masih 16 tahun, belum punya SIM karena belum 17. Ahahahaha. Tapi bisa naik motor. (*oke, saya kalah)

Oh iya, adek kelas gw ini namanya Donat.
(*itu nama orang apa kudapan? Udah, nggak usah penasaran, terima aja).
Dia berani mengambil risiko demi sebuah promo, huahahaha. Salut!

Nah, seperti apa perjalanan kami? Simak di postingan berikutnya :”))

Tidak ada komentar:

Cerita Papandayan (7): Selamat Datang, Pondok Seladah!

Hai guys, ketemu lagi dengan gw di acara “Mengulas Papandayan” ( maklum, anaknya suka mimpi jadi pembawa acara kondang soalnya ) Nah, d...