Langsung ke konten utama

Diplomatis, Why Not?

Kalau kata pepatah “bagai air di atas daun talas”, artinya orang yang tidak punya pendirian tetap, kurang lebih begitulah. Secara sederhana, kalau kita dihadapkan pada dua pilihan baik dan buruk, ada kelompok orang yang milih baik, dan ada juga beberapa yang milih buruk. Kasarnya begitu. Namun, seiring kedinamisan hidup, terciptalah pilihan-pilihan yang nggak termasuk  dalam dua kategori tadi. Ya nggak seperti pelajaran PPKN, PMP, KWN—yang ada baik/tidak baik, terpuji/tercela. Statis amat hidup!

Nah, contoh konkretnya adalah ketika ngomongin socmed. Katakanlah yang lagi hits tuh twitter lah ya. Perkara follow-unfollow, yang seharusnya tidak serumit kehidupan perpolitikan Indonesia. Pertanyaannya adalah siapa sih orang-orang/temen main/temen yang kenal, tapi nggak terlalu deket, yang tadinya di-follow, jadi di-unfollow? Kenapa? Seringkali dua hal ini jadi bahasan yang tak ada habisnya.

Menurut gw, follow-unfollow itu termasuk HAM. Ya mungkin itu bisa jadi pasal berikutnya di undang-undang (apalah) yang mengatur hal itu. Karena  perkara ini jadi hak setiap manusia, ya baiknya kita juga nggak mempermasalahkan—misalnya, ada temen yang unfollow kita di twitter—dengan alasan apa pun. Ini contoh yang paling sederhana di antara kasus-kasus lain yang tingkatan problematikanya lebih rumit. Mungkin aja, twit kita mengganggu dia, bisa juga karena twitan kita nggak sepaham/menurut kita menyimpang/atau alasan apa pun lah yang bikin kita jadi melakukan—sebaiknya gw unfollow dia agar hidup gw lebih nyaman/agar mood gw nggak rusak/agar gw nggak ikut terpancing emosi/ya nggak pengin follow aja. Panjang ya bok!

Dalam keadaan ini, gw sama sekali tidak menyalahkan atau membenarkan siapa-siapa dan apa-apa yang membuat kita mem-follow dan unfollow di twitter. Itu urusan masing-masing, kebutuhan masing-masing. Dan lagi-lagi gw—bold-italic-underline—bahwa hak orang ya semestinya tidak untuk  diatur-atur, dilarang-larang (dalam konteks yang positif ya). Gw pun, akan nggak papa dengan orang yang ekstrim. Misalnya, dia ngetwit di linimasa, menjelaskan terang-terangan kenapa dia unfollow si A—asumsikan aja twit dia nggak disaring dulu diksinya, blak-blakan. Ya paling dilewatin, atau di-mute dulu, atau sign out twitter. Selesai. Ya, berhubung gw orangnya serba damai, nggak berniat dan berminat cari perkara baru. Twitter is just twitter. Gw tetep temenan, menjalin hubungan baik, atau pas ketemu diomongin baik-baik.

Pasti ada jenis manusia yang dengan berbagai cara untuk menyelamatkan dirinya sendiri dari apa pun yang menurut dia—mungkin—berbahaya bagi jiwanya. Hahaha. Hidup anda, hanya anda yang mengerti apa yang diinginkan dan dibutuhkan. Bebas. Antagonis, protagonis, atau bukan dua-duanya, itu semua pilihan yang nggak dipilih pun nggak apa-apa. Buat gw, apa pun perlakuan yang kita lakukan ke siapa pun karena apa pun, ada masanya. Akan lebih bijak ketika sesuai dengan situasi, kondisi, toleransi, dan lingkungan, serta jangkauan. (*please, nggak usah dibikin akronim, huahaha)

Btw, bahasannya jadi panjang gini ya. Eh tapi, monggo lho barangkali ada yang mau berbagi tentang dunia per-twitter-an. Siapa tau ada ‘pengetahuan baru’ yang belum/tidak gw alami selama bergabung dengan socmed twitter sejak Oktober 2009. Hahaha. Sok lah! Gw siap melihat, mendengar, dan merasakan kok. Halah.

Terima kasih ya :’))

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DIJUAL SEPATU COLLETTE

Hai, kali ini saya mau jual sepatu nih: - Jenis: Sepatu Collette (*namanya tetap sepatu, karena bagian belakangnya tertutup—meskipun model bagian depannya slipper ) - Ukuran: 39 - Warna: abu-abu, merah muda - Harga: Rp160.000,- (harga asli Rp189.900,-) berikut penampakannya: Sepatu baru, belum pernah dipakai. Cocok banget buat temen-temen yang suka hangout, tapi tetep gaya. Nyaman, bahannya semi-beledu (*kata nonbakunya ‘beludru’). Kenapa mau dijual? Karena butuh tambahan uang untuk beli sepatu trekking, hahaha. Eh, tapi serius. Bakal seneng banget kalau ada yang berminat dan bantu saya menyelesaikan perkara jual-beli sepatu ini.  Info lebih lanjut, bisa hubungi saya via twitter/facebook: @idhaumamah  atau  Mursyidatul Umamah , terima kasih banyak :)

Merdeka di Gunung (Anak) Krakatau

Dirgahayu RI ke-68! Bagi saya, 17 Agustus tahun ini terasa berbeda. Akhir pekan 16—18 Agustus pun terasa panjang, biasanya kan nggak terasa, tiba-tiba udah Senin lagi. Rasanya tak berlebihan bila saya menyebut mereka keluarga baru. Entah ini keluarga baru saya yang ke berapa. Pastinya, saya nyaman bersama dan berada di dekat mereka. 25 orang pemberani yang punya nyali luar biasa; dengan karakter yang unik; juga tingkah laku yang cukup gila. Hahaha. Kami berhasil menaklukkan Gunung (Anak) Krakatau. Ya, bagi saya semuanya berhasil—meskipun ada beberapa yang lebih super lagi melanjutkan perjalanan sampai puncak. Kadar ‘berhasil’ setiap orang memang berbeda. Bagaimanapun itu, harus tetap mengucap Hamdalah. Sekadar pengetahuan, Gunung Krakatau meletus pada tahun 1883. Kemudian, tahun 1927 lahirlah Anak Krakatau. Medan Gunung Anak Krakatau ini tidak terlalu sulit. Beberapa meter pertama kita akan menemui pohon-pohon kecil di kanan kiri jalur. Sisanya pasir putih dan bebatuan. M

RENUNGAN

Monday May 04th 2009, 10:50 pm Suatu ketika, seorang bayi siap untuk dilahirkan ke dunia.. Menjelang diturunkan, dia bertanya kepada Tuhan, “para malaikat disini mengatakan bahwa, besok Engkau akan mengirimku ke dunia, tetapi bagaimana cara hamba hidup disana? Hamba begitu kecil dan lemah,” kata si bayi. Tuhan menjawab, “Aku telah memilih satu malaikat untukmu, ia akan menjaga dan mengasihimu,” “tapi, di surga, apa yang hamba lakukan hanyalah bernyanyi dan tertawa, ini cukup bagi hamba untuk bahagia,” demikian kata si bayi. Tuhan pun menjawab, “malaikatmu akan bernyanyi dan tersenyum untukmu setiap hari dan kamu akan merasakan kehangatan cintanya, dan membuatmu jadi lebih bahagia,” Si bayi pun kembali bertanya, “dan apa yang dapat hamba lakukan saat hamba ingin berbicara kepada-Mu Tuhan?” “malaikatmu akan mengajarkan bagaimana cara kamu berdoa.” Demikian Tuhan menjawab. Si bayi masih belum puas, ia pun bertanya lagi, “hamba mendengar, bahwa di bumi banyak orang jahat, lalu siapa yan