Nah, contoh
konkretnya adalah ketika ngomongin socmed. Katakanlah yang lagi hits tuh twitter lah ya. Perkara follow-unfollow, yang seharusnya tidak
serumit kehidupan perpolitikan Indonesia. Pertanyaannya adalah siapa sih
orang-orang/temen main/temen yang kenal, tapi nggak terlalu deket, yang tadinya
di-follow, jadi di-unfollow? Kenapa? Seringkali dua hal ini
jadi bahasan yang tak ada habisnya.
Menurut gw, follow-unfollow itu termasuk HAM. Ya mungkin
itu bisa jadi pasal berikutnya di undang-undang (apalah) yang mengatur hal itu.
Karena perkara ini jadi hak setiap
manusia, ya baiknya kita juga nggak mempermasalahkan—misalnya, ada temen yang unfollow kita di twitter—dengan alasan
apa pun. Ini contoh yang paling sederhana di antara kasus-kasus lain yang
tingkatan problematikanya lebih rumit. Mungkin aja, twit kita mengganggu dia,
bisa juga karena twitan kita nggak sepaham/menurut kita menyimpang/atau alasan
apa pun lah yang bikin kita jadi melakukan—sebaiknya gw unfollow dia agar hidup gw lebih nyaman/agar mood gw nggak
rusak/agar gw nggak ikut terpancing emosi/ya nggak pengin follow aja. Panjang ya bok!
Dalam keadaan
ini, gw sama sekali tidak menyalahkan atau membenarkan siapa-siapa dan apa-apa
yang membuat kita mem-follow dan unfollow di twitter. Itu urusan
masing-masing, kebutuhan masing-masing. Dan lagi-lagi gw—bold-italic-underline—bahwa hak orang ya semestinya tidak untuk diatur-atur, dilarang-larang (dalam konteks
yang positif ya). Gw pun, akan nggak papa dengan orang yang ekstrim. Misalnya,
dia ngetwit di linimasa, menjelaskan terang-terangan kenapa dia unfollow si A—asumsikan aja twit dia nggak
disaring dulu diksinya, blak-blakan. Ya paling dilewatin, atau di-mute dulu, atau sign out twitter. Selesai. Ya, berhubung gw orangnya serba damai,
nggak berniat dan berminat cari perkara baru. Twitter is just twitter. Gw tetep temenan, menjalin hubungan baik,
atau pas ketemu diomongin baik-baik.
Pasti ada jenis
manusia yang dengan berbagai cara untuk menyelamatkan dirinya sendiri dari apa
pun yang menurut dia—mungkin—berbahaya bagi jiwanya. Hahaha. Hidup anda, hanya
anda yang mengerti apa yang diinginkan dan dibutuhkan. Bebas. Antagonis, protagonis,
atau bukan dua-duanya, itu semua pilihan yang nggak dipilih pun nggak apa-apa. Buat
gw, apa pun perlakuan yang kita lakukan ke siapa pun karena apa pun, ada
masanya. Akan lebih bijak ketika sesuai dengan situasi, kondisi, toleransi, dan
lingkungan, serta jangkauan. (*please,
nggak usah dibikin akronim, huahaha)
Btw, bahasannya
jadi panjang gini ya. Eh tapi, monggo lho barangkali ada yang mau berbagi
tentang dunia per-twitter-an. Siapa tau ada ‘pengetahuan baru’ yang belum/tidak
gw alami selama bergabung dengan socmed twitter sejak Oktober 2009. Hahaha. Sok
lah! Gw siap melihat, mendengar, dan merasakan kok. Halah.
Terima kasih ya
:’))
Tidak ada komentar:
Posting Komentar