16.5.12

Tentang Radha


Beberapa minggu lalu, “Radha kepada Khrisna” berhasil dibawakan. Alhamdulillah, semua atas karunia Allah yang Mahakuasa. Perjuangan saya memang belum seberapa, tetapi bagi saya, ini cukup berkesan.

Kali pertama diputuskan bahwa salah satu lagu yang dibawakan adalah “Radha kepada Khrisna”, saya langsung menciut. Gimana nggak? Lagu ini terhitung spesial: penuh lengkingan, diisi oleh suara-suara sopran, agak nyinden, dan butuh napas yang panjang. Huhuhu. Sejak saya pensiun ‘berciuman’ dengan Baritone 34, napas saya cenderung pendek, cepat habis. Baiklah, ini memang derita saya. Namun, dibelakang kekicepan-keminderan-dan berbagai keraguan yang bersarang dalam dada, saya punya niat yang kuat untuk dapat menaklukan si Radha ini. Sangat menantang buat saya, justru ini langkah awal untuk membuktikan seberapa besar usaha dan kebertahanan diri menghadapi rintangan yang mau-tak-mau harus dilakukan. Yes, I’m ready!

Gara-gara ‘Radha,’ saya memutuskan untuk memulai kegiatan gowes sepeda tiap hari, menjaga pola makan, memilah jenis makanan dan minuman, juga berlatih vokal (khususnya berusaha ‘menyoprankan’ diri) di luar jam latihan. Berlandaskan niat yang kuat, usaha yang cukup, dan doa yang tak lupa saya panjatkan, akhirnya hari H datang juga. Aaaaa, mau kabur rasanya *lebay* etapi, beneran deh! Serius. Bahkan, saya sangat gugup dari pagi (bangun dari tidur), hingga detik-detik menjelang pengucapan kata pertama dari lagu Radha. Fuhh.. yasalaaam. Sensasinya subhanallah sekali ternyata.

Setelah tampil, melihat dengan mata kepala sendiri seperti apa rekamannya, barulah lega. Entahlah, lega karena apa. Mungkin saja, saya lega karena merasa ‘menang’ atas alter ego pribadi. Bagus atau tidak, sempurna atau belum, itu lain persoalan. Sila penonton saja yang menilai :’) saya yakin, penonton lebih tau mana ‘paket penampilan’ yang dapat dikatakan bagus/sempurna. Yang terpenting bagi saya maupun Sasina, kami dapat menghibur dan menyampaikan pesan dari puisi lewat nada yang dilantunkan. Sesederhana itu.

Tidak ada komentar:

Cerita Papandayan (7): Selamat Datang, Pondok Seladah!

Hai guys, ketemu lagi dengan gw di acara “Mengulas Papandayan” ( maklum, anaknya suka mimpi jadi pembawa acara kondang soalnya ) Nah, d...