Langsung ke konten utama

Membaca Puisi

Membaca puisi. Hmm, mudah atau sulit? Lebih dari sepuluh tahun bergulat dan bercinta dengan puisi, baik menulis maupun membaca. Membaca untuk diri sendiri, membaca untuk orang lain, menulis puisi untuk diri sendiri, juga menulis puisi untuk orang lain—bahkan untuk diikutkan lomba. Memang tidak sesering master piece Nana Eres, tetapi gw sedikit tau ‘bagaimana membaca puisi yang baik’ (red.).

Pada tulisan gw sebelumnya, sudah ada beberapa hal yang gw beberkan tentang ‘dunia kepuisian’ gw. Namun, semakin ke sini, gw semakin punya banyak referensi dalam hal ‘gaya membaca puisi.’ Lingkungan, kultur, dan perbedaan ‘aliran’ merupakan contoh faktor yang paling kentara memengaruhi si pembaca. Unik. Bukan soal bagus atau tidak, melainkan soal gaya dan idealisme tiap-tiap pemuisi.

Di tahun terakhir gw ini, (aamiin).. Gw pun memberanikan diri untuk mencoba peruntungan tangkai baca puisi di ajang Peksimida. Yaaa, walaupun sebenarnya ini lebih tepat disebut karena dorongan dari Nana Eres. Dia yang selalu memberi energi di manapun dan kapanpun. Dia juga yang agak memaksa. Hahaha. Makasih Mba Nana..

Dengan segala kerendahan hati, gw bersyukur karena berkesempatan untuk unjuk gigi kembali beberapa minggu lalu. Daaan, seperti yang sering gw katakan pada orang lain bahwa juara bukanlah segalanya. Berarti ini adalah hasil yang terbaik untuk gw. Mungkin memang belum jodoh. Hehehe.

Sayangnya, ini tahun terakhir gw di kampus dengan status mahasiswa. Sedih? Hmm, jangan ditanyalah kalo tentang ini. Mau nggak mau, comfort zone harus segera ditinggalkan. Mungkin kali lain akan ada kesempatan yang lebih tepat di waktu yang tepat pula. Baiklaaah, doakan saya ya, guys (:

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DIJUAL SEPATU COLLETTE

Hai, kali ini saya mau jual sepatu nih: - Jenis: Sepatu Collette (*namanya tetap sepatu, karena bagian belakangnya tertutup—meskipun model bagian depannya slipper ) - Ukuran: 39 - Warna: abu-abu, merah muda - Harga: Rp160.000,- (harga asli Rp189.900,-) berikut penampakannya: Sepatu baru, belum pernah dipakai. Cocok banget buat temen-temen yang suka hangout, tapi tetep gaya. Nyaman, bahannya semi-beledu (*kata nonbakunya ‘beludru’). Kenapa mau dijual? Karena butuh tambahan uang untuk beli sepatu trekking, hahaha. Eh, tapi serius. Bakal seneng banget kalau ada yang berminat dan bantu saya menyelesaikan perkara jual-beli sepatu ini.  Info lebih lanjut, bisa hubungi saya via twitter/facebook: @idhaumamah  atau  Mursyidatul Umamah , terima kasih banyak :)

Merdeka di Gunung (Anak) Krakatau

Dirgahayu RI ke-68! Bagi saya, 17 Agustus tahun ini terasa berbeda. Akhir pekan 16—18 Agustus pun terasa panjang, biasanya kan nggak terasa, tiba-tiba udah Senin lagi. Rasanya tak berlebihan bila saya menyebut mereka keluarga baru. Entah ini keluarga baru saya yang ke berapa. Pastinya, saya nyaman bersama dan berada di dekat mereka. 25 orang pemberani yang punya nyali luar biasa; dengan karakter yang unik; juga tingkah laku yang cukup gila. Hahaha. Kami berhasil menaklukkan Gunung (Anak) Krakatau. Ya, bagi saya semuanya berhasil—meskipun ada beberapa yang lebih super lagi melanjutkan perjalanan sampai puncak. Kadar ‘berhasil’ setiap orang memang berbeda. Bagaimanapun itu, harus tetap mengucap Hamdalah. Sekadar pengetahuan, Gunung Krakatau meletus pada tahun 1883. Kemudian, tahun 1927 lahirlah Anak Krakatau. Medan Gunung Anak Krakatau ini tidak terlalu sulit. Beberapa meter pertama kita akan menemui pohon-pohon kecil di kanan kiri jalur. Sisanya pasir putih dan bebatuan. M

RENUNGAN

Monday May 04th 2009, 10:50 pm Suatu ketika, seorang bayi siap untuk dilahirkan ke dunia.. Menjelang diturunkan, dia bertanya kepada Tuhan, “para malaikat disini mengatakan bahwa, besok Engkau akan mengirimku ke dunia, tetapi bagaimana cara hamba hidup disana? Hamba begitu kecil dan lemah,” kata si bayi. Tuhan menjawab, “Aku telah memilih satu malaikat untukmu, ia akan menjaga dan mengasihimu,” “tapi, di surga, apa yang hamba lakukan hanyalah bernyanyi dan tertawa, ini cukup bagi hamba untuk bahagia,” demikian kata si bayi. Tuhan pun menjawab, “malaikatmu akan bernyanyi dan tersenyum untukmu setiap hari dan kamu akan merasakan kehangatan cintanya, dan membuatmu jadi lebih bahagia,” Si bayi pun kembali bertanya, “dan apa yang dapat hamba lakukan saat hamba ingin berbicara kepada-Mu Tuhan?” “malaikatmu akan mengajarkan bagaimana cara kamu berdoa.” Demikian Tuhan menjawab. Si bayi masih belum puas, ia pun bertanya lagi, “hamba mendengar, bahwa di bumi banyak orang jahat, lalu siapa yan