30.5.12

Membaca Puisi

Membaca puisi. Hmm, mudah atau sulit? Lebih dari sepuluh tahun bergulat dan bercinta dengan puisi, baik menulis maupun membaca. Membaca untuk diri sendiri, membaca untuk orang lain, menulis puisi untuk diri sendiri, juga menulis puisi untuk orang lain—bahkan untuk diikutkan lomba. Memang tidak sesering master piece Nana Eres, tetapi gw sedikit tau ‘bagaimana membaca puisi yang baik’ (red.).

Pada tulisan gw sebelumnya, sudah ada beberapa hal yang gw beberkan tentang ‘dunia kepuisian’ gw. Namun, semakin ke sini, gw semakin punya banyak referensi dalam hal ‘gaya membaca puisi.’ Lingkungan, kultur, dan perbedaan ‘aliran’ merupakan contoh faktor yang paling kentara memengaruhi si pembaca. Unik. Bukan soal bagus atau tidak, melainkan soal gaya dan idealisme tiap-tiap pemuisi.

Di tahun terakhir gw ini, (aamiin).. Gw pun memberanikan diri untuk mencoba peruntungan tangkai baca puisi di ajang Peksimida. Yaaa, walaupun sebenarnya ini lebih tepat disebut karena dorongan dari Nana Eres. Dia yang selalu memberi energi di manapun dan kapanpun. Dia juga yang agak memaksa. Hahaha. Makasih Mba Nana..

Dengan segala kerendahan hati, gw bersyukur karena berkesempatan untuk unjuk gigi kembali beberapa minggu lalu. Daaan, seperti yang sering gw katakan pada orang lain bahwa juara bukanlah segalanya. Berarti ini adalah hasil yang terbaik untuk gw. Mungkin memang belum jodoh. Hehehe.

Sayangnya, ini tahun terakhir gw di kampus dengan status mahasiswa. Sedih? Hmm, jangan ditanyalah kalo tentang ini. Mau nggak mau, comfort zone harus segera ditinggalkan. Mungkin kali lain akan ada kesempatan yang lebih tepat di waktu yang tepat pula. Baiklaaah, doakan saya ya, guys (:

Tidak ada komentar:

Cerita Papandayan (7): Selamat Datang, Pondok Seladah!

Hai guys, ketemu lagi dengan gw di acara “Mengulas Papandayan” ( maklum, anaknya suka mimpi jadi pembawa acara kondang soalnya ) Nah, d...