Membaca puisi. Hmm,
mudah atau sulit? Lebih dari sepuluh tahun bergulat dan bercinta dengan puisi,
baik menulis maupun membaca. Membaca untuk diri sendiri, membaca untuk orang
lain, menulis puisi untuk diri sendiri, juga menulis puisi untuk orang
lain—bahkan untuk diikutkan lomba. Memang tidak sesering master piece Nana
Eres, tetapi gw sedikit tau ‘bagaimana membaca puisi yang baik’ (red.).
Pada tulisan gw
sebelumnya, sudah ada beberapa hal yang gw beberkan tentang ‘dunia kepuisian’
gw. Namun, semakin ke sini, gw semakin punya banyak referensi dalam hal ‘gaya
membaca puisi.’ Lingkungan, kultur, dan perbedaan ‘aliran’ merupakan contoh
faktor yang paling kentara memengaruhi si pembaca. Unik. Bukan soal bagus atau
tidak, melainkan soal gaya dan idealisme tiap-tiap pemuisi.
Di tahun
terakhir gw ini, (aamiin).. Gw pun memberanikan diri untuk mencoba peruntungan
tangkai baca puisi di ajang Peksimida. Yaaa, walaupun sebenarnya ini lebih
tepat disebut karena dorongan dari Nana Eres. Dia yang selalu memberi energi di
manapun dan kapanpun. Dia juga yang agak memaksa. Hahaha. Makasih Mba Nana..
Dengan segala
kerendahan hati, gw bersyukur karena berkesempatan untuk unjuk gigi kembali
beberapa minggu lalu. Daaan, seperti yang sering gw katakan pada orang lain
bahwa juara bukanlah segalanya. Berarti ini adalah hasil yang terbaik untuk gw.
Mungkin memang belum jodoh. Hehehe.
Sayangnya, ini
tahun terakhir gw di kampus dengan status mahasiswa. Sedih? Hmm, jangan
ditanyalah kalo tentang ini. Mau nggak mau, comfort
zone harus segera ditinggalkan. Mungkin kali lain akan ada kesempatan yang
lebih tepat di waktu yang tepat pula. Baiklaaah, doakan saya ya, guys (:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar