3.3.12

Tepat Waktu, Perlu?

Bagaimana menurut sang waktu?

Begitu liat judulnya, pada punya jawaban apa? Jawabnya dari hati ya :)
Yakinlah, setiap jawaban punya latar belakang yang cukup prinsipil. Like me.
Bukan benar/salah, di FIB nggak diajarin ilmu itu. *rasis fakultas, maap*
Justru hidup jangan terlampau pusing dengan kebenaran, lama-lama bosan, lalu pingsan.

Hakikatnya, alasanlah yang mengajarkan kita untuk lebih bijak bertutur kata, dan bertegur sapa dengan pelajaran—yang mungkin masih akrab dengan kekhilafan.

Bagi gw, ada toleransi-toleransi yang cukup dibatasi oleh egoisisme yang memang manusiawi. Namun, seperti halnya gw—yang gampang pasang muka kesel kalo ada sesuatu yang belum sreg—hanya bisa mendera diri dan nurani untuk selalu memaafkan kekhilafan-kekhilafan yang terlalu banyak diulang, meskipun orang-orang ini teman dekat seperjuangan. Bukan, bukan menyalahkan atau menyesalkan sedikit keterlambatan, melainkan soal belajar menghargai hal-hal yang ‘ternyata krusial’. Sadar atau belum, beginilah realita yang masih kurang ‘terdengar’ umum.

Gw pribadi nggak berharap muluk dan/apalagi banyak. Hanya ingin membiasakan yang baik bagi hidup. Kasihan kalau seterusnya—entah sampai kapan—badan belum pernah merasakan tabungan kebaikan. Jadi, sudahkah menemukan sebuah jawaban atas pertanyaan?

Tidak ada komentar:

Cerita Papandayan (7): Selamat Datang, Pondok Seladah!

Hai guys, ketemu lagi dengan gw di acara “Mengulas Papandayan” ( maklum, anaknya suka mimpi jadi pembawa acara kondang soalnya ) Nah, d...