8.3.12

Open Mic

Kali ini gw akan berbagi. Ya. Berbagi suami. Itu mah judul film ya?! Hahaha. Lucu, tapi gagal. Nggak papa, yang penting usaha, masalah hasil mah belakangan. Iye nggak?

Hal semacam itu sering terjadi saat open mic berlangsung. Seseorang yang ingin dan berniat menjadi komik dalam komedi tunggal, wajib banget mencoba open mic ini. Mengapa? Karena justru di sinilah ajang asah mental untuk diri sendiri. Namanya juga komedi tunggal (KomTung), jadi ya, memang seorang diri alias alone. Kuantitas mengalahkan kualitas. Pernyataan ini berlaku untuk seorang komik. Mengapa? Pertama, semakin sering melakukan open mic di berbagai acara open mic, semakin terasah pula mental seseorang. Garing, jayus, sama sekali nggak lucu, hampir lucu, setengah lucu, sampai terhitung lucu: ini fase yang harus dilewati oleh seorang komik. Harus berani menerima berbagai respon dari setiap penonton. Dari mulai kritik dan saran yang benar-benar membangun, sampai ceng-cengan, hinaan, cercaan, cacian, makian bejat yang dilontarkan, harus diterima. Tergantung bagaimana ia menanggapi semua itu. Bisa dengan lapang dada, lapang jidat, lapang hati, sampai tanah lapang punya Bang Miun depan kuburan juga dijabanin. Huahahha. Lucu nggak yang ini? *tetep nggak lucu ya? Yaudahlah!* situ juga nggak ngasih bayaran ke gw kan buat stand up?? *nggak nyantai banget, maap*

Open mic ini diadakan seminggu sekali di tiap komunitas stand up (sesuai kebijakan komunitas masing-masing). Publikasi yang dilakukan biasanya dari mulut ke mulut, juga melalui sosmed, seperti twitter, dan twitter, dan twitter. Nyahahaha. Soalnya gw belum pernah menemui publikasi acara open mic lewat facebook. Entah sih, kalo publikasi lewat hati udah pernah belum ya? Eaaa, langsung galau. Ck, anak muda era sekarang, rentan menderita galau akut. Ini gawat lho! Baru dikit disinggung hati dan cinta, udah mewek, terharu, klepek-klepek. Hahaha. Piss yo mamen! Namanya juga stand up, becanda kok, becanda, nggak serius.

Pada dasarnya, open mic ini adalah sarana melatih diri di depan panggung, juga menjadi area penjajalan materi yang dibikin. Bahan-bahan yang udah dibuat semingguan suntuk sampai lupa makan, lupa tidur, lupa kamu, hahahaha. Hmm, menurut pembawa acara open mic di ZOE Café sih, saat kita open mic, jangan berharap materi lo lucu, lalu penonton tertawa. Jangan! Karena pada hakikatnya materi stand up adalah sesuatu yang biasa ditemukan di lingkungan sehari-hari kita, itu artinya memang bukan suatu kelucuan, melainkan keseriusan. Nah, dari keseriusan inilah kita olah menjadi sesuatu yang tidak biasa. Masalah lucu atau tidak, itu belakangan, sob. Kalo mau atau sekadar ingin tau bagaimana kiat-kiat kali pertama open mic dan belajar menjadi komik, ada bukunya, bre. Namun, memang tidak dijual bebas di pasar mana pun. Sila hubungi pihak-pihak terkait yang biasanya disebut komik. Rempong amat mau nyebut komik doang, Dha! Naon? Halah. Nggak jelas.

Nah, dari ulasan di atas, siapa yang biasanya nonton stand up comedy? Suka sama komiknya? Atau hanya penikmat semu belaka? Hahaha, gabung di akun @Standup_UI ya! Ujung-ujungnya ngajak. Gw berasa member MLM dah :P

Tidak ada komentar:

Cerita Papandayan (7): Selamat Datang, Pondok Seladah!

Hai guys, ketemu lagi dengan gw di acara “Mengulas Papandayan” ( maklum, anaknya suka mimpi jadi pembawa acara kondang soalnya ) Nah, d...