Langsung ke konten utama

Jalur Istora, Betapa Cintanya!

Bismillah,

Kali ini gw akan sedikit berbagi. Berbagi apa pun. Pengalaman hidup, asrama, eh, asmara, cinta, rindu, suka, duka, benci, dendam nyi pelet, misteri gunung merapi, tutur tinular versi 2011, hingga noktah merah perkawinan *Eaa, ketauan banget orang zaman dahulu kala*
Berhubung tiga hari yang lalu gw bolak-balik, mondar-mandir Istora Senayan, muter-muter sampai berasa fly in the sky, gw akan berbagi tentang jalur yang sepatutnya dilewati/yang layak dilalui/wajar/galib, khusus gw persembahkan untuk orang-orang yang jarang ke Istora atau yang udah pernah ke sana beberapa abad yang lalu, kemudian mengidap penyakit lupa di abad ini. Yuk Mari! Hmm, daaaaan inilah beberapa alternatipnya: **jeng..jeng..jeng..jeeeeeng! dudungcacas desss!*

Pertama adalah by train, ini buat orang-orang yang mabokan, dan belum bisa menghalau mual di bus:
# Naik dari Stasiun UI (kereta tujuan Jakarta Kota)-turun di Stasiun Cayang, eh, Cawang-lanjut TransJakarta arah Semanggi-turun di shelter Semanggi-lanjut TransJakarta, turun di shelter GBK-nyebrang jembatan penyebrangan, done!
# Naik dari Stasiun Pocin-turun di Stasiun Cawang-lanjut Taxi sampai mampus, hahaha. Ini worst case nya kalo lo sendirian, semua ponsel mati, nggak berani tanya orang sekitar, dan kebetulan dianugerahi uang berlimpah untuk membayar Taxi.
# Naik dari Stasiun UI/Pocin (pondok cinta)-turun di Stasiun Manggarai-jalan dikit ke Pasar Manggarai-lanjut naik Kopaja 66 jurusan Arkeologi, bukan! Arah Blok-M, jangan sampai keliru ya, karena ada dua macam yang bernomor bus sama-turun depan GBK/Senayan-tinggal nyebrang deh *jangan lupa gandengan ya :)
# Naik dari Stasiun UI/Pocin-turun di Stasiun Jakarta Kota-lanjut TransJakarta arah Senayan-turun, lalu nyebrang ke hati lain #Eh?! 

Kedua, naik motor:
# Opsi 1: hubungi teman yang bermotor, adakah yang mau ke sana? Kapan, pukul berapa? Bareng yuk! Ketemu di mana nih kita? DONE!
# Opsi 2: itu tadi opsi pertama adalah teruntuk manusia-manusia yang belum bisa mengendarai motor, oke? Selamat! Nah, opsi kedua ini sih ya harusnya buat orang-orang yang bisa mengendarai motor. Namun, berdasarkan banyak pertimbangan yang ditimbang, keputusan yang harus diputuskan, dan pengalaman pribadi yang belum pernah saya alami, kali ini saya belum bisa membantu, maaf.. *balik badan, kemudian berjalan dengan langkah gontai menuju rel kereta api untuk bunuh diri*

Cukup ya, barangkali ada ceman-ceman yang ingin menambahkan informasi atau mengurangi, bahkan menghilangkan informasi di atas, sila menuju kukel, agar saya masukkan anda ke kandang sapi dekat kosan Galih mentek. Wuahaha. Buat yang nggak tau, maap maap aja nih. Buat yang tau, tapi merasa nggak lucu sama sekali, ya nggak usah maksa ketawa juga. Jangan sok asik. Akika lokal becandanya. Mau sewot? Silakan! GUE NGGAK MASALAH! GUE NYANTAI KOK! *tapi capslocknya kepencet kayaknya tadi deh*

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DIJUAL SEPATU COLLETTE

Hai, kali ini saya mau jual sepatu nih: - Jenis: Sepatu Collette (*namanya tetap sepatu, karena bagian belakangnya tertutup—meskipun model bagian depannya slipper ) - Ukuran: 39 - Warna: abu-abu, merah muda - Harga: Rp160.000,- (harga asli Rp189.900,-) berikut penampakannya: Sepatu baru, belum pernah dipakai. Cocok banget buat temen-temen yang suka hangout, tapi tetep gaya. Nyaman, bahannya semi-beledu (*kata nonbakunya ‘beludru’). Kenapa mau dijual? Karena butuh tambahan uang untuk beli sepatu trekking, hahaha. Eh, tapi serius. Bakal seneng banget kalau ada yang berminat dan bantu saya menyelesaikan perkara jual-beli sepatu ini.  Info lebih lanjut, bisa hubungi saya via twitter/facebook: @idhaumamah  atau  Mursyidatul Umamah , terima kasih banyak :)

RENUNGAN

Monday May 04th 2009, 10:50 pm Suatu ketika, seorang bayi siap untuk dilahirkan ke dunia.. Menjelang diturunkan, dia bertanya kepada Tuhan, “para malaikat disini mengatakan bahwa, besok Engkau akan mengirimku ke dunia, tetapi bagaimana cara hamba hidup disana? Hamba begitu kecil dan lemah,” kata si bayi. Tuhan menjawab, “Aku telah memilih satu malaikat untukmu, ia akan menjaga dan mengasihimu,” “tapi, di surga, apa yang hamba lakukan hanyalah bernyanyi dan tertawa, ini cukup bagi hamba untuk bahagia,” demikian kata si bayi. Tuhan pun menjawab, “malaikatmu akan bernyanyi dan tersenyum untukmu setiap hari dan kamu akan merasakan kehangatan cintanya, dan membuatmu jadi lebih bahagia,” Si bayi pun kembali bertanya, “dan apa yang dapat hamba lakukan saat hamba ingin berbicara kepada-Mu Tuhan?” “malaikatmu akan mengajarkan bagaimana cara kamu berdoa.” Demikian Tuhan menjawab. Si bayi masih belum puas, ia pun bertanya lagi, “hamba mendengar, bahwa di bumi banyak orang jahat, lalu siapa yan

Cerita Papandayan (6): Menuju Pondok Seladah

Perjalanan ini pun dimulai. Yaelah dari kemarin juga udah dimulai sih, haha. Eh, tapi kali ini menurut gw perjalanannya bener-bener dimulai. Menurut orang-orang kebanyakan, dari basecamp menuju Pondok Seladah itu cuma 2 jam. Okelah, deket nih brarti, pikir gw. Baru beberapa meter jalan, udah jepret sana-jepret sini. Biasa, kelakuan orang kota liat pemandangan alam dikit aja bawaannya pengen foto, trus upload di socmed. Yeahahaha. Btw, jangan harap di sini ada sinyal. Setjanggih apa pun ponsel lo, kalo baterainya penuh tapi nggak ada sinyal mah, jadi nggak asjik. Soalnya nggak bisa upload . Ya memang cuma itu permasalahannya :D Meskipun jalur awal termasuk jalur yang mudah, medannya tetep nanjak lho ini. Yang jarang olahraga, yang berumur dan jarang olahraga siap-siap aja mulai ‘capek’. Gw aja agak ngos-ngosan—tapi gw tahan, gengsi mak! Beberapa ratus meter pertama, kita melewati sedikit pepohonan di kanan kiri jalan, bebatuan, dan kawah. Nah, ini yang paling menar