22.11.13

Itinerary Traveling Gunung (Anak) Krakatau

Nah, seperti yang telah saya janjikan sebelumnya, berikut saya lampirkan itinerary perjalanan ke Gunung (Anak) Krakatau 16-18 Agustus 2013 lalu. Ya maaf sih, kalau terlampau lama. Selain itu, ada juga sedikit cerita tentang perjalanannya di sini. Semoga bermanfaat, terlebih untuk teman-teman yang berencana mampir ke Krakatau :)

**sumber: nandarumana

20.11.13

Mendadak Jogja

Sejak 2011 sampai sekarang, saya ketagihan Bandung. Empat atau lima kali dalam setahun mungkin ada. Padahal saya bukan penduduk asli Bandung, juga tidak mengenyam pendidikan apa pun di sana. Kota Kembang memang selalu dijadikan tujuan wisata jangka pendek alias weekend—terutama oleh Jakartans. Pilihan mereka kebanyakan: Puncak dan/atau Bandung. Alasannya simpel, dekat dan sejuk. Jakarta yang panas—udara maupun manusianya—membuat mereka butuh untuk sekadar cooling down di tempat yang benar-benar sejuk alamnya. Nah, sayangnya saya tidak akan membahas Puncak/Bandung di tulisan ini. Bosan juga, tulisan tentang liburan saya ke Bandung terlalu banyak. Sampai saya bingung memberi judul.

Setelah saya kenyang dengan Bandung, fasih dengan tempat-tempat di sana—tapi jangan tanya jalan atau lewat mana ke saya, karena tetep aja nggak hafal—kali ini saya punya tujuan baru: Yogyakarta. Apa pun penyebutannya: Ngayogjokarto Hadiningrat; Jogja; Yogya; Yogyes, whatever you name it lah! Saya memulainya tahun ini, tahun 2013. Sampai saat ini sudah tiga kali ke Jogja, ngapain aja?

Pertama, dalam rangka menghadiri Festival Lampion yang bertepatan dengan Hari Raya Waisak pada Mei lalu. Saya mengunjungi Borobudur, Pantai Ngobaran dan Pantai Ngreyahan, juga Gudeg Yu Djum (yang kata orang-orang, gudegnya enak). Kedua, dalam rangka ujian masuk S2 UGM. Kalau yang ini sih sebetulnya karena ada tujuan terselubung aja, makanya beralibi ujian masuk S2, biar dikasih uang saku ke Jogja (ampuni hamba-Mu ini, Ya Rabb!). Sekelar ujian seharian, dari pukul 8 pagi hingga 3 sore, saya pun melanjutkan perjalanan ke berbagai tempat. Taman Budaya Yogyakarta; Bentara Budaya Yogyakarta; Ullen Sentalu; ke acara Jazz Mben Senen; Pameran Seni Rupa NTT; nonton pertunjukan teater; dan menyempatkan diri mencicipi tempat nongkrong Jogja, termasuk mampir ke kedai Mi Persis. Itu lho, kedai yang menyediakan menu mi instan dengan penyajian sesuai gambar/bungkus mi nya. Mantap, ndes!

Perjalanan kali kedua ini memang agak lama, sekitar tujuh hari. Hahaha. Yaa ini sih lebih karena tidak kebagian tiket murah, makanya menunda kepulangan biar tetep dapat tiket Gaya Baru Malam Pertama, eh maksudnya Gaya Baru Malam Selatan, seharga Rp55.000,- saja. Setelah muter-muter di sekitar pusat kota, saya pun menginap selama tiga hari tiga malam di rumah Amita—rekan di Komunitas Stand Up UI. Rumahnya di daerah Ngaglik, Sleman. Desa yang masih sejuk, penuh hamparan sawah, juga bebas dari raungan kendaraan. Tiap pagi, cukup buka jendela, atau duduk di balkon lantai dua. Duh, rasanya nggak ingin balik ke Jakarta kalau begini.

Berikutnya, perjalanan Jogja ketiga dalam rangka memenuhi wishlist 2013: hadir di acara Ngayogjazz. Semacam konser musik jazz, dengan Desa Wisata Sidoakur sebagai panggungnya. Yap, satu desa ini ‘disewa’ khusus untuk acara Ngayogjazz. Kelima panggungnya ada di tengah-tengah halaman rumah-rumah warga. Seru! Pembuktian bahwa jazz bukan musik kelas atas, bukan musik mahal, juga bukan musik yang susah. Lha wong tagline-nya aja “Rukun Agawe Ngejazz”, kurang merakyat apa coba?

Masih banyak tempat di Jogja yang belum sempat saya kunjungi. Sengaja, biar ada alasan untuk ke sana lain waktu. Semoga tahun depan bisa lebih puas, wisata sejarah; wisata alam; wisata kuliner; juga wisata budaya. Nah, kalau ada yang mau ke Jogja, saling berkabar aja lah, siapa tahu saya bisa jadi teman jalan yang setia : ))

Cerita Papandayan (7): Selamat Datang, Pondok Seladah!

Hai guys, ketemu lagi dengan gw di acara “Mengulas Papandayan” ( maklum, anaknya suka mimpi jadi pembawa acara kondang soalnya ) Nah, d...